Pengamat ekonomi asal Universitas Gajah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan, posisi BI sangat sulit dalam menjaga cadangan devisa. Dia menilai, BI harus bisa menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terlalu jeblok. Namun, hal ini tentu akan menggerus cadangan devisa dan dapat menyebabkan kepercayaan investor melorot.
"Situasi inj bisa berkembang uncontrollable. Saya sarankan pekan depan BI rate dinaikkan. Idealnya cukup naik 25 basis poin ke 6,25 persen. Tapi jika situasi memang memaksa, naikkan 50 basis poin ke 6,50 persen," kata dia kepada Okezone di Jakarta, Senin (8/7/2013).
Menurut dia, menaikkan BI rate jelas akan ada harganya. Meski demikian, dia mengungkapkan kenaikan BI rate akan mengurangi tekanan terhadap pengurangan cadangan devisa. "Pilihan yang sulit, namun harus ditempuh BI sebelum keadaan menjadi lebih sulit," tambah dia.
Di sisi lain, Tony mengatakan, kenaikan BI rate adalah mutlak. Pasalnya, BI sudah tidak dapat lagi mengakali lewat kenaikan Fasilitas Simpanan BI (Fasbi). "Fasbi sudah tidak cukup memadai. Kemampuannya untuk menurunkan hasrat berspekulasi tidak cukup besar," tutur dia.
Meski demikian, dia menilai kenaikan BI rate harus benar-benar dikendalikan. Menurut dia, jika BI rate dinaikkan tinggi, misalnya sampai 75-100 basis poin, memang akan menimbulkan kesan BI panik. "Ini bisa kontraproduktif. Tapi kalau 25-50 basis poin masih masuk akal," tukas dia.
Sumber : Okezone.com
0 komentar: