Pemulihan ekonomi global masih terus
berlanjut, meskipun dengan kecepatan yang moderat. Pemulihan terutama
ditopang oleh perbaikan ekonomi negara maju sejalan dengan masih
berlanjutnya stimulus moneter. Di negara emerging markets, khususnya di
Tiongkok, perlambatan ekonomi terjadi seiring dengan kebijakan
rebalancing ekonomi yang ditempuh. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi
perkembangan harga komoditas global yang masih rendah. Sementara itu,
perbaikan terjadi pada pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang
lainnya, seperti India. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati
risiko pertumbuhan ekonomi dunia tersebut serta risiko eksternal lain
seperti rencana normalisasi kebijakan the Fed dan kondisi di beberapa
negara emerging markets yang masih cukup rentan.
Bank Indonesia menilai moderasi
pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berlanjut ke arah yang lebih sehat
dan seimbang. Permintaan eksternal membaik dan mengimbangi moderasi
permintaan domestik sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Beberapa
indikator dini dan indikator penuntun mengindikasikan pertumbuhan
konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 meningkat antara lain
didorong kegiatan Pemilu 2014. Ekspor diperkirakan juga masih berada
dalam tren membaik terutama didorong ekspor manufaktur sejalan pemulihan
ekonomi negara maju. Sementara itu, investasi swasta pada triwulan I
2014 masih tumbuh terbatas, dan diperkirakan baru meningkat pada
semester II 2014. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014
diperkirakan masih berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia
sebelumnya yakni 5,5-5,9%.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang
juga ditopang perbaikan kinerja sektor eksternal, baik dari neraca
pedagangan maupun neraca finansial. Neraca perdagangan Indonesia pada
Februari 2014 kembali mencatat surplus sebesar 0,79 miliar dolar AS,
ditopang meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Peningkatan
surplus neraca perdagangan nonmigas bersumber dari kontraksi pada impor
nonmigas sejalan dengan moderasi permintaan domestik, dan perbaikan
ekspor nonmigas khususnya manufaktur sejalan perbaikan ekonomi negara
maju. Surplus neraca perdagangan juga bersumber dari menurunnya defisit
neraca perdagangan migas dipengaruhi ekspor migas akibat kenaikan
lifting minyak, serta penurunan impor migas sejalan dengan kewajiban
penggunaan biodiesel untuk bahan bakar di sektor transportasi umum dan
kelistrikan. Dari neraca finansial, aliran masuk modal asing masih terus
berlanjut pada Maret 2014 sehingga secara akumulatif pada triwulan I
2014, aliran masuk portfolio asing ke pasar keuangan Indonesia mencapai
5,8 miliar dolar AS. Dengan perkembangan positif tersebut, cadangan
devisa Indonesia pada akhir Maret 2014 tercatat 102,6 miliar dolar AS,
yang setara 5,9 bulan impor barang atau 5,7 bulan impor barang dan
pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar
kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, Bank Indonesia
memperkirakan perbaikan sektor eksternal berlanjut, ditopang defisit
transaksi berjalan 2014 yang dapat ditekan di bawah 3,0% dari PDB dan
surplus aliran masuk modal asing yang tetap besar. Bank Indonesia akan
terus mencermati berbagai risiko baik dari global maupun domestik yang
dapat mengganggu ketahanan sektor eksternal dan meresponsnya dengan
tepat, termasuk mengenai perkembangan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya
ULN swasta.
Perekonomian yang semakin berimbang dan
mendorong perbaikan kinerja sektor eksternal berdampak pada menguatnya
nilai tukar rupiah. Pada Maret 2014, rupiah ditutup di level Rp11.360
per dolar AS, menguat 2,19% dibandingkan dengan level akhir Februari
2014. Secara rata-rata, rupiah pada Maret 2014 tercatat Rp11.420 per
dolar AS, menguat 4,38% dibandingkan dengan rata-rata rupiah pada
Februari 2014 sebesar Rp11.919 per dolar AS. Dengan perkembangan ini,
rupiah sampai Maret 2014 menguat 7,13% dibandingkan dengan level akhir
tahun 2013, atau secara rata-rata menguat 2,85% dibandingkan dengan
rata-rata rupiah tahun 2013. Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya
dan didukung berbagai upaya untuk meningkatkan pendalaman pasar uang.
Berbagai kemajuan dalam pendalaman pasar uang baik rupiah maupun valas
seperti mini MRA dan transaksi lindung nilai akan ditingkatkan dan
menjadi fokus kebijakan ke depan.
Inflasi Maret 2014 berada dalam tren
menurun sehingga semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi
2014 yakni 4,5±1%. Inflasi IHK Maret 2014 tercatat rendah yakni 0,08%
(mtm) atau 7,32% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi Februari
2014 sebesar 0,26% (mtm) atau 7,75% (yoy). Inflasi Maret 2014 juga
tercatat lebih rendah dari rata–rata inflasi dalam 6 tahun terakhir.
Penurunan tekanan inflasi disebabkan inflasi inti yang menurun seiring
apresiasi nilai tukar, moderasi permintaan domestik, dan ekspektasi
inflasi yang masih terjaga. Selain itu, harga bahan pangan juga
mengalami deflasi akibat pasokan beberapa komoditas bahan makanan yang
meningkat seiring dengan datangnya musim panen. Ke depan, Bank Indonesia
akan tetap mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu pencapaian
sasaran inflasi, seperti penyesuaian administered prices, dan potensi
peningkatan harga pangan akibat musim kemarau di beberapa daerah,
termasuk adanya indikasi kemungkinan terjadinya El Nino dengan
intensitas lemah di bulan Agustus 2014. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia
akan terus memperkuat bauran kebijakan dan berkoordinasi dengan
Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah sehingga tetap dapat
mengendalikan inflasi sesuai sasarannya.
Stabilitas sistem keuangan terjaga
ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan perbaikan kinerja pasar
keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit,
likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang masih
kuat. Pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat dari 20,9% (yoy)
pada Januari 2014 menjadi 19,9% (yoy) pada Februari 2014, sejalan
dengan arah moderasi permintaan domestik. Bank Indonesia akan terus
berkoordinasi dengan OJK untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan
sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan
seimbang. Sementara itu, kinerja pasar modal pada Maret 2014 semakin
baik tercermin pada IHSG yang berada dalam tren meningkat dan imbal
hasil SBN yang menurun. Perbaikan kinerja pasar modal ini didorong
meningkatnya optimisme investor terhadap perekonomian domestik.
sumber bi.go.id
0 komentar: